Rabu, 24 Maret 2021


Membandingkan Reaksi E1 dengan SN1

            Halo semuanya, dalam materi mekanisme bersaing SN1 dan E1 kita akan membahas mengenai kontra ion yang mana ini menjadi peran penting dalam menentukan SN1 dan E1.

1.             Alkohol tidak menjalani reaksi eliminasi sampai OH diubah menjadi kelompok meninggalkan yang lebih baik

Bayangkan apabila kita akan memulai dengan alkohol di sebelah kiri dan alkane yang disebelah kanan.

Reaksi ini tidak akan terjadi dengan sendirinya.

 


 


Ikatan yang terbentuk disini adalah C-C (), disini kita melanggar C-H dan melanggar C-OH, dan ini merupakan reaksi eliminasi.

Pehatikan masalahnya disini. Disini kita membutuhkan OH- sebagai grup yang keluar. Berdasarkan reaksi diatas OH- disini merupakan grup keluar yang buruk yang membuat jalur E1 tidak mungkin terjadi. Jadi artinya reaksi E1 tidak mungkin terjadi

 

2.      Menambahkan asam pada hasil alkohol dalam kelompok meninggalkan yang lebih baik

Karena pada reaksi sebelumnya OH- merupakan grup keluar yang tidak baik, maka ada cara yang sederhana yang dapat kita lalkukan untuk membuati reaksi ini menjadi berhasil. Kita harus memiliki grup keluar yang lebih baik (dengan basis yang lemah). Lalu bagaimana sih kita dapat melakukannya, ya ! kita perlu mengasamkannya.

Berikut contoh eliminasi alkohol dengan menggunakan katalis asam

Disini asam dapat membuat OH gugus keluar yang lebih baik

 





step 1         : protonasi alkohol

step 2         : kehilangan atau melepaskan gugus pergi

Jika kita menambahkan asam kuat, kita akan mengubah OH menjadi H2O+, dimana asam konjugat merupakan gugus keluar yang lebih baik. Sekarang, air dapat keluar lalu kemudian ia akan membentuk karbokation dan kemudian basa akan memutuskan ikatan C-H dan membentuk alkena. Perhatikan bahwa ini sekarang menjadi reaksi E1 klasik. Dimana laju akan tergantung pada stabilitas karbokation. Yang tersier jadi harus dilanjutkan dengan kecepatan yang ukup tinggi.

Sebuah pertanyaan kemudian muncul disini. Apa yang akan menjadi basisnya? Ikatan C-H yang berdekatan dengan karbokation memiliki keasaman yang sangat tinggi. Itu berarti hampir semuanya basa lemah (air, atau basa konjugasi dari asam) sudah cukup untuk mendeprotonasi karbon. Didalam reaksi ini kita juga telah memperlihatkan bahwa air dapat menghilangkan proton.

Permasalahan 

1. Bagaimana reaksi yang terjadi apabila basis atau apabila kita menambahkan katalis asam yang lain misalnya HCl, apakah OH akan dapat menjadi gugus keluar yang lebih baik.

2. apakah yang akan terjadi apabila untuk menjadikan OH menjadi gugus keluar yang lebih baik tetapi kita mereaksikannya dengan basa, apakah perubahan sifat yang akan terjadi, berhasilkah OH menjadi gugus perbi yang baik?

3. Bagaimana reaksi yang terjadi pada gugus pergi selain dapat dipengaruh oleh asaam apakah ada keterkaitan lain yang dapat menyebabkan gugus OH nya pergi?

Kamis, 11 Maret 2021

MEKANISME REAKSI ELIMINASI E1

Mekanisme Reaksi Eliminasi E1

Kebalikan dari adisi elektrofilik disebut eliminasi E1. Kita akan memulai dengan melihat beberapa reaksi non-biokimia E1. Karena mekanisme E1 sebenarnya agak tidak ada dalam jalur biokimia.

Eliminasi E1





Eliminasi E1 dimulai dengan keluarnya gugus keluar (disebut 'x' pada gambar umum di atas ) dan pembentukan zat antara karbokation (langkah 1). Abstraksi proton dari karbon yang berdekatan (langkah 2) mengirimkan dua elektron kebawah untuk mengisi orbital p kosong dari karbokation, membentuk ikatan p baru. Basis dalam langkah ini mungkin kelompok yang meninggalkan, atau spesies dasar lainnya dalam larutan. 

Eliminasi E1 tidak terjadi jika gugus bebas terikat pada karbon primer, kecuali jika karbon berada pada posisi sekutu atau benzilik. Ingatlah bahwa karbokation primer, kecuali distabilkan oleh resonansi adalah sangat tidak stabil dan kemungkinan reaksi menengah.

Eliminasi E1 dapat terjadi pada karbon sekunder. Jika sikloheksanol dipanaskan dengan sejumlah katalitik asam fosfat, eliminasi air (dehidrasi) menghasilkan sikloheksen sebagai produknya. Peran asam fosfat adalah memprotonasi alkohol (langkah 'a' dibawah), menjadikannya gugus keluar yang layak.






Reaksinya dapat dibalik, tetapi jika sikloheksen didistilasi dari campuran reaksi saat terbentuk. Kesetimbangan dapat diarahkan ke produk. Pemisahan sikloheksen (titik didih 83°C) dari sikloheksanol (titik didih 161°C) sederhana karena perbedaan titik didih yang besar antara kedua cairan.


Stereokimia Eliminasi E1

Reaksi Nonenzymatic E1 juga dapat menghasilkan alkena cis dan trans. Mengingat bahwa secara umum alkena trans. Mengingat bahwa secara umum alkena trans lebih stabil dari pada alkena cis, kita dapat memprediksi bahwa alkena trans akan mendominasi dalam campuran produk.




Permasalahan

1. bagaimana reaksi eliminasi yang terjadi apabila pada sikloheksen tidak mencapai titik didihnya, dan bagaimana apabila melebihi titik didihnya, apakah ada perubahan dalam reaksinya?
2. bagaimana pada reaksi nonenzimatik ini alkena trans lebih mendominasai dalam campuran produk dibandingkan engan alkena cis ?

Rabu, 03 Maret 2021

 

MEKANISME REAKSI ELIMINASI E2

Halo sobat chems, kali ini kita kembali lagi dengan materibaru yaitu mekanisme reaksi eliminasi E2 atau disebut juga dengan reaksi eliminasi bimolekuler. Reaksi E2 alkil halide ini akan lebih cenderung dominan bila digunakan dengan basa kuat seperti HO- dan RO-. Selain itu juga reaksi ini cenderung dengan menggunakan temperatur yang tinggi. Secara khas reaksi E2 dilaksan akan dengan cara memanaskan alkil halide dengan KOH ataupun NaOCH2CH3. Dalam etanol.

Mekanisme reaksi E2

 

 

Basa kuat itu akan membentuk ikatan dengan hidrogen betha (karbon yang berikatan dengan karbokation betha) sedangkan karbon yang mengiikat gugus pergi disebut karbon alpa. Elektron electron antara C dan H ( H - CH2 - ) masuk dan membentuk ikatan rangkap 2, kemudian pasangan electron pada ikatan C dan Br akan masuk kedalam Br. Sehingga Br akan meninggalkan alkilnya.

 

PERMASALAHAN

1.

1.      Bagaimana pengaruh laju reaksi apabila ditingkatkn pada keadaan transisi E2?

2.      Mengapa pada reaksi E2 ini hanya menggunakan basa kuat, bagaimana reaksi yang terjadi apabila direaksikan dengan basa lemah?

3.      Bagaimana pengaruh yang menyebabkan Br terlepas dari ikatan alkilnya?

Rabu, 24 Februari 2021

MEKANISME REAKSI SUBTITUSI SN1

 

MEKANISME REAKSI SUBTITUSI NUKLROFILIK SN1

 

            Halo sobat chems, kali ini kita akan membahas mekanisme reaksi subtitusi pada SN1. Mekanisme SN1 dapat juga disebut dengan reaksi ion. Secara umum, reaksi SN1 yang memiliki nukleofiliknya berupa basa yang sangat lemah ( H2O dan C2H5OH ) apabila direaksikan dengan alkil halide tersier maka akan tersebtuk reaksi subtitusi. Karena H2O dan C2H5OH juga digunakan sebagai pelarut, maka tipe reaksi ini bisa disebut dengan reaksi solvonis. Lalu bagaimana contoh dari mekanisme reaksi subtitusi SN1 mari kita simak contoh berikut :

Reaksi antara (CH3)3CBr (t-butil bromide) dengan H2O

Tahap 1 (tahap ionisasi)


            

            Pada tahap ini Br nya ini perlahan melepaskan diri dari substratnya, sehingga membutuhkan energi. Semakin besar energinya maka akan semakin cepat laju reaksinya untuk memutuskan Br (gugus pergi) dengan karbon. Oleh sebab itu pada substrat itu dibutuhkan energy tambahan atau tersedia cukup energy agar alkil halide tersier ini dapat melepaskan ikatan antara karbon dengan Br. Hal ini dapat dsebut dengan keadaan transisi. Pada keadaan transisi alkil halide akan melepaskan Br setelah Br terlepas maka akan menghasilkan zat antara karbokation dan juga anion ( Br - ). Zat antara karbokation ini merupakan produk sementaranya. Zat antara karbokation ini bersifat sangat reaktif. Karena saking reaktifnya maka dapat bereaksi dengan molekul apa saja atau nukleofilik apa saja, meskipun nukleofiliknya sangat lemah.

Tahap 2 (penggabungan dengan nukleofilik)

 


            Zat antara karbokation mampu bereaksi dengan pelarutnya yaitu H2O atau nukleofilik yang sangat lemah. Penggabungan antara nukleofilik dengan karbokation tersiernya, reaksi ini merupakan reaksi yang sangat cepat. Mengapa demikian? Karena karbokation ini merupakan zat antara yang sangat reaktif dan mampu bereaksi secara cepat dengan nukleofilik baik lemah ataupun kuat. Menghasilkan suatu keadaan transisi yang kedua dimana memperlihatkan terbentuknya ikatan yang baru antara karbon dengan oksigen dan menghasilkan t-butil alkohol yang masih berproton. Karena t-butil alkohol masih berproton maka kita akan lanjut ke tahap yang ke tiga.

Tahap 3 (tahap asam-basa)

 


Karena biasanya nukleofilik yang dignakan adalah pelarut atau molekul polar, maka akan kelebihan satu hidrogen dan akan melepaskan satu hidrogen tersebut. Jadi hidrogen ini akan diambil oleh pelarut yang sama yaitu H2O. t-butil alkohol berperan sebagai asam dan H2O  sebagai basa. Dimana reaksinya adalah reaksi kesetimbangan menghasilkan t-butil alkohol dan asam H3O.

 

PERMASALAHAN

1.      Apabila pada keadaan transisi energi yang berlangsung tidak cukup untuk memutuskan ikatan Br, maka bagaimana reaksi yang akan terjadi ?

2.      Mengapa pada reaksi SN1 ini nukleofilik nya berupa basa lemah, lalu bagaimana apabila nukleofiliknya kita ubah menjadi basa kuat, bagaimana reaksi yang terjadi?

3.      Untuk memutuskan ikatan Br dengan substratnya membutuhkan energi yang besar/cukup, lalu pada rentang energi yang bagaimana yang dibuuhkan dalam pemujtusan ikatan tersebut?

Rabu, 17 Februari 2021

MEKANISME REAKSI SUBTITUSI NUKLEOFILIK SN2

 


MEKANISME REAKSI SUBTITUSI NUKLEOFILIK SN2 DENGAN SENYAWA HALOGEN ORGANIK

Senyawa halogen organik merupakan senyawa yang penting karena senyawa halogen ini dapat berupa reagen awal atau substrat yang dapat kita gunakan dalam sintesis seperti alkil halida dan aril halide, terutama di dalam unsur bromide dan juga klorida. Pada senyawa halogen organik dapat bereaksi salah satunya yaitu dengan reaksi substitusi. Reaksi subtitusi yang digunakan ini adalah reaksi subtitusi nukleofilik. Dan kali ini kita akan menggunakan mekanisme SN2. Dimana mekanismenya yaitu sebagai berikut :

Mekanisme reaksi SN2 merupakan proses mekanisme yang dilakukan dengan satu tahap. Dimana pada saat ketika ikatan pada gugus mulai lepas dengan bersamaan dengan terbentuknyaikatan pada nukleofilik. Persamaan umum reaksi subtitusinya yaitu :

Nu: + R:L           R:Nu+ + :L-

Nu- + R:L           R: Nu + :L-



Pada mekanisme reaksi SN2 reaksi akan berlangsung lebih cepat apabila gugus alkil pada substrat berupa primer dan reaksi akan baerjalan lambat apabila mekanisme reaksi terjadi pada substrat tersier. Sedangkan pada alkil halide sekunder ini bereaksi dengan laju pertengahan, sehingga urutan reaktivitas untuk reaksi SN2 adalah 1° > 2° > 3°.

Salah satu contohnya yaitu dimisalkan pada reaksi 1-kloropropana dengan air untuk membentuk 1-propanol dengan menggunakan aseton sebagai pelarut, maka laju reaksi akan lambat. Namun, apabila kita menambahkan ion hidroksida untuk campuran maka akan membuat laju reaksinya meningkat. Hal ini merupakan ciri khas dari mekanisme reaksi SN2. Di dalam reaksi biomolekular, laju reaksi ini bergantung pada konsentrasi dari keduanya, yaitu alkil klorida dan ion hidroksida. Di dalam mekanisme reaksi 1-kloropropana dengan air, pada saat yang bersamaan ion klorida membentuk ikatan antara karbon sp3 dengan ion hidroksida. Dan pada saat itu, atom karbon sp3 sepenuhnya terikat dengan tiga subtituen dan juga terikat pada nukleofil dan gugus akan lepas.



Reaksi SN2 dapat terjadi ketika adanya serangan nukleofil pada substrat primer dan sebagian pada substrat sekunder, hal ini tergantung pada nukleofil dan gugus pergi. Subsrat tersier sulit untuk mengalami reaksi dengan mekanisme SN2. Keseluruhan tingkat reaksi tergantung pada konsentrasi nukleofil dan konsentrasi substrat, sehinnga dalma hal ini dapat juga disebut dengan orde kedua. Untuk mekanisme ini nukleofil menyerang substrat dari arah belakang sehinggga subtituen organik membalikkan konfigurasi reaksi (suatu enantiomer S akan berubah menjadi sebuah enansiomer R). sebagian besar kecepatan reaksi SN2 dipengaruhi oleh jenis pelarut. Untuk jenis pelarut yang protik (berproton) yang biasanya mengandung gugus OH- dan NH2, kurang disukai untuk reaksi SN2. Hal ini dikarenakan pelarut berproton itu akan menurunkan energinya. Molekul-molekul pelarutnya ini mengelilingi nukleofil sehingga akan membentuk ikatan hidrogen dan dapat menstabilkan nukleofilnya dan memperlambat SN2.

PERMASALAHAN

1.      Hal apakah yang membuat mekanisme reaksi SN2 dapat berjalan secara cepat?

2.      Kecepatan reaksi SN2 dipengaruhi oleh jenis pelarut, lalu jenis pelarut apakah yang mempengaruhi kecepatan reaksinya?

3.      Apa yang menyebabkan proses mekanisme yang dilakukan pada SN2 hanya dengan melalui satu tahap 

 

Rabu, 10 Februari 2021

KAJIAN STEREOKIMIA SENYAWA KHIRAL HASIL MODIFIKASI


 KAJIAN STEREOKIMIA SENYAWA KHIRAL HASIL MODIFIKASI

Halo sobat chems, kali ini aku akan membahas mengenai molekul-molekul kiral yang memiliki sifat yang sangat unik, yaitu sifat optis. Artinya suatu molekul kiral ini memiliki kemampuan untuk memutar bidang cahaya terpolarisasi pada alat yang di sebut polarimeter.

 Sebagian masyarakat mungkin kurang memperhatikan sifat optis suatu senyawa organik, pada reaksi kimia dalam sistem biologis makhluk hidup sangat stereospesifik. Yang mana dapat diartikan juga suatu stereoisomer akan menjalani reaksi yang berbeda dengan stereisomer pasangannya dalam sisem biologis makhluk hidup. Bahkan terkadang suatu stereoisomer akan menghasilkan produk yang berbeda dengan stereoisomer pasangannya dalam sistem biologis makhluk hidup. Contohnya adalah obat Thalidomide.

Obat Thalidomide merupakan obat yang pertama kali dipasarkan di Eropa sekitar tahun 1959-1962 sebagai obat penenang. Obat ini memiliki dua enantiomer, di mana enantiomer yang  berguna sebagai obat penenang adalah (R)-Thalidomide. Lalu seperti apa sih Thalidomide ini?? Mari simak penjelasan berikut.

 


Senyawa ini diidentifikasikan sebagai molekul aktif secara neurologis yang memiliki kemampuan untuk mengatasi mual di pagi hari pada wanita hamil. Setelah obat tersebut dipasarkan, anak-anak yang lahir dari wanita yang meminum obat tersebut menunjukkan cacat lahir seperti lengan dan tangan yang sangat pendek dan tidak berfungsi. Obat Thalidomide yang asli dibuat dan dijual sebagai campuran dari 2 bentuk yang ditunjukkan pada gambar berikut

 


Ini adalah bayangan cermin antara satu sama lain. Keduanya tidak identik. Yang sebelah kanan (bentuk “R”) yang aktif secara terapi dan yang sebelah kiri (bentuk “S”) bukan hanya tidak efektif, tetapi itu merupakan sumber dari cacat lahir. (https://sites.science.oregonstate.edu/~gablek/CH334/Chapter5/Thalidomide.htm)

  Campuran rasemik artinya suatu campuran yang mengandung sepasang enantiomer dalam jumlah yang sama. Lalu bagaimana caranya memperoleh suatu enantiomer dengan Enantiomeric Excess (EE) yang tinggi? Enantiomeric Excess merupakan presentase suatu enantiomer yang berkonfigurasi R dikurangi presentase enantiomer pasangannya berkonfigurasi S dalam suatu campuran atau sebaliknya. Sebelumnya kita harus mengingat dua prinsip dasar isomer optic yaitu:

1.    Sepasang enantiomer memiliki sifat-sifat fisika (titik didih, kelarutan, dan lain-lain) yang sama tetapi berbeda dalam arah rotasi polarimeter dan interaksi dengan zat kiralnya.

2.     Sepasang diastereoisomer memiliki sifat-sifat fisika dan sudut rotasi polarimeter yang berbeda satu sama lain. Dalam memisahkan campuran dua diastereoisomer ini dapat dilakukan dengan cara destilasi, kristalisasi, dan lain-lain.

Lalu untuk memperoleh suatu enantiomer dengan EE yang tinggi adalah dengan mealalui rute biokimia dengan memakai enzim atau mikroorganisme untuk memproduksi enantiomer murni. Namun sayangnya tidak semua enantiomer dapat diproduksi dengan EE yang tinggi melalui rute biokimia ini. hal ini terjadi karena kespesifikan enzim dan mikroorganisme. (http://www.kimianet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1111012990)

 

PERMASALAHAN

1.      Apa yang menyebabkan Thalidomide menjadi penyebab dari cacat lahir?

2.      Bagaimana cara utnuk mendapatkan Enantiomeric Excess yang tinggi ?

3.      Mengapa dalam memproduksi enantiomer tidak dapat menghasilkan EE yang tinggi apabila hanya dengan menggunakan rute biokimia?


Selasa, 02 Februari 2021

KLASIFIKASI REAKSI-REAKSI KIMIA ORGANIK DASAR

 

KLASIFIKASI REAKSI-REAKSI KIMIA ORGANIK DASAR


        Reaksi kimia merupakan hal yang bsangat mendasar yang dapat terjadi pada setiap senyawa kimia. Dimana senyawa kimia organik ini merupakan senyawa kimia yang berasal dari baik itu makhluk hidup ataupun atom-atom ataupun golongan halogen. Reaksi kimia organik merupakan reaksi yang dapat terjadi pada senyawa organic yang melibatkan terjadinya perpindahan sautu atom dan menghasilkan jenis struktur senyawa baru. 

 

Reaksi Adisi ( Reaksi Samping )

Salah satu contoh reaksi adisi adalah reaksi hidrogenasi. Dimana reaksi hidrogenasi merupakan reaksi hidrogen dengan senyawa yang mengandung ikatan rangkap hingga pada akhirnya hydrogen itu bisa masuk pada atom C pada ujung-ujung ikatan tersebut. Namun bukan hanya reaksi hidrogenasi saja tetapi masih banyak reaksi adisi yang juga terjadi dengan senyawa lain dengan mekanisme yang berbeda.


E = elektrofil

Nu = nukleofil

Elektrofil akan mencari daerah-daerah yang kaya akan electron, sedangkan nukleofil akan selalu mencari tempat-tempat yang kekurangan electron atau yang bermuatan positif untuk mendonorkan electron yang dia punya. Sehingga pada saat elektrofil dan nukleofil masuk kedalam masing-masing ujung C, maka yang semula alkena memiliki ikatan rangkap akan pecah menjadi dua ikatan tunggal. Sehingga akan ada energy yang dibutuhkan.

Karena energi dalam membentuk ikatan lebih besar dari energy disosiasi maka reaksi adisi ini juga bisa disebut dengan reaksi Eksotermis.

Contohnya : Reaksi adisi Bromin

Dimana bromin menambah etilen untuk membentuk 1,2-dibromoethane

 

Reaksi Eliminasi ( Reaksi Penghapusan )


Reaksi eliminasi dapat dianggap sebagai kebalikan dari reaksi adisi, karena pada reaksi ini dua atom atau dua gugus yang masing-masing terikat pada atom karbon yang letaknya itu berdampingan dilepaskan oleh suatu pereaksi sehinga membentuk ikatan rangkap.


Reaksi Subtitusi ( Reaksi Penggantian )

Reaksi subtitusi atau reaksi penggantian dapat juga dikatakan sebagai reaksi pertukaran gugus fungsi. Dimana reaksi ini tidak berubah ikatannya, maksudnya dari ikatan tunggal akan tetap menjadi ikatan tunggal setelah direaksikan.

Contohnya :

Pada reaksi subtitusi, atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu molekul digantikan oleh atom atau gugus atom lain. Umumnya terjadi pada senyawa jenuh (ikatan tunggal) tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga terjadi pada senyawa tak jenuh.

 

Reaksi Penataan Ulang

Reaksi ini merupakan reaksi dimana ketika suatu reaktan mempunyai penataan ikatan dan atom-atomnya menghaslkan produk isomer. Contohnya yaitu mengubah 1-butena menjadi 2-butena dengan menggunkan katalis asam.



PERMASALAHAN

1.     Katalis asam apa yang dapat membantu proses pada reaksi 1-butena menjadi 2-butena. Lalu apakah bisa jika katalis asam tersebut diganti dengan katalis basa?

2.     Pada umumnya reaksi subtitusi itu hanya terjadi pada senyawa jenuh, dan hanya pada kondisi tertentu dapat terjadi pada senyawa jenuh. Kondisi yang bagaimana sih yang dapat mempengaruhi reaksi subtitusi dapat berlangsung pada senyawa jenuh?

3.     Apa yang menyebabkan energi pembentuk ikatan lebih besar dari pada energi disosiasi pada reaksi adisi?


DERIVAT ASAM KARBOKSILAT

  DERIVAT ASAM KARBOKSILAT   Golongan penting dari senyawa organik yang dikenal sebagai alkohol, fenol, eter, amina dan halida terdiri dari ...